Jumat, 24 November 2017

ANALISIS IKLAN POLITIK

Makalah Pengkajian Iklan
ANALISIS IKLAN POLITIK







Disusun Oleh:
Gita Puspitasari                     13010114130067

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017



 

KATA PENGANTAR



       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Analisis Iklan Politik. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah hubungan kebudayaan dengan pancasila yang sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Pengkajian Iklan”.
       Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hubungan kebudayaan dengan pancasila. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
      Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Semarang, 17 Mei 2017



Penyusun


DAFTAR ISI



Contents




BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan suatu gagasan atau ide yang diketahui seseorang kepada orang lain. Bahasa memudahkan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan. manusia sebagai makhluk sosial tentu selalu melakukan interaksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan kultural. Bahasa sebagai fungsi fungsi sosial adalah bahasa sebagai alat penghubung antar anggota masyarakat, sedangkan bahasa sebagai fungsi kultural adalah bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahasa kemudian dalam kelompok masyarakat dikembangkan menjadi berbagai variasi. Variasi bahasa tercipta atas kehendak kelompok masyarakat agar masyarakat lain tidak mengerti dengan bahasa mereka.
Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khlayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan; pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat-tempat umum (KBBI,2012:175).
Iklan politik merupakan salah satu dari komponen marketing politik yang amat penting, karena persepsi khalayak terhadap tokoh politik dapat dibangun lewat iklan politik. Sementara perspsi khalayak merupakan faktor utama dalam membentuk citra dan kredibilitas politik (Rakhmat, 1985).
Iklan politik mendapat perhatian utama karena realitas politik yang terjadi saat ini, menuntut para politisi perseorangan atau pun partai untuk memiliki akses yang seluas-luasnya terhadap mekanisme industri citra. Yakni, industri berbasis komunikasi dan informasi yang akan memasarkan ide, gagasan, pemikiran dan tindakan politik. Politik dalam perspektif industri citra merupakan upaya mempengaruhi orang lain untuk mengubah atau mempertahanakan suatu kekuasaan tertentu melalui pengemasan citra dan popularitas. Semakin dapat menampilkan citra yang baik, maka peluang untuk berkuasa pun semakin besar. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Andy Arnolly yang menganggap marketing politik sebagai langkah penting untuk memahami parpol maupun Capres dan Cawapres, terutama kepada pemilih pemula(Arnolly, www.kabarindonesia.com, 2008).
Iklan yang disajikan dalam politik penuh dengan tipu muslihat dan janji-janji yang mereka umbar demi kepentingan pribadi yang mengatas namakan rakyat. Iklan dijadikan sarana berkomunikasi yang sangat mudah dan membuat masyarakat menarik serta penasaran.

B.     Permasalahan

Permalahan yang berdasarkan latar belakang di atas, sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah konsep komunikasi politik?
2.      Bagaimanakah makna yang terkandung dan efektifitas dalam iklan politik?

C.    Tujuan

Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan permasalah, sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan konsep komunikasi politik.
2.      mendeskripsikan makna yang terkandung dan efektifitas dalam iklan politik.

D.    Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut.
1.       Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya kajian bahasa pada bidang periklanan khususnya dalam bidang iklan politik.
2.       Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mayarakat bahwa ada banyak ragam bahasa yang ada di lingkungan sekitar.





BAB II

PEMBAHASAN



A. Pengertian

Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khlayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan; pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat-tempat umum (KBBI,2012:175).
Iklan politik merupakan salah satu dari komponen marketing politik yang amat penting, karena persepsi khalayak terhadap tokoh politik dapat dibangun lewat iklan politik. Sementara perspsi khalayak merupakan faktor utama dalam membentuk citra dan kredibilitas politik (Rakhmat, 1985).
Iklan politik mendapat perhatian utama karena realitas politik yang terjadi saat ini, menuntut para politisi perseorangan atau pun partai untuk memiliki akses yang seluas-luasnya terhadap mekanisme industri citra. Yakni, industri berbasis komunikasi dan informasi yang akan memasarkan ide, gagasan, pemikiran dan tindakan politik. Politik dalam perspektif industri citra merupakan upaya mempengaruhi orang lain untuk mengubah atau mempertahanakan suatu kekuasaan tertentu melalui pengemasan citra dan popularitas. Semakin dapat menampilkan citra yang baik, maka peluang untuk berkuasa pun semakin besar. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Andy Arnolly yang menganggap marketing politik sebagai langkah penting untuk memahami parpol maupun Capres dan Cawapres, terutama kepada pemilih pemula(Arnolly, www.kabarindonesia.com, 2008).

B.  Konsep Komunikasi Politik

Hadirnya komunikasi politik sudah setua hadirnya ilmu politik itu sendiri, hal itu merupakan penggunaan secara terorganisir terhadap media massa moderen untuk tujuan politik, terutama dalam praktik kampanye pemilu, yang awalnya mengarahkan kepada penyelidikan yang sistematis terhadap komunikasi politik dan telah memberi topik bahasan atas identifikasi kontemporer utamanya. Bagaimanapun juga, komunikasi politik lebih dari sekadar kampanye politik. Dalam istilah yang digunakan oleh Seymour-Ure (1974), hal itu memiliki dimensi horisontal dan juga vertikal. Kajian sebelumnya mengacu pada komunikasi diantara kelompok yang sederajad, apakah mereka ini adalah anggota elit politik yang sama, atau warga negara yang saling berinteraksi dan berkumpul bersama-sama. Komunikasi vertikal berlaku diantara pihak pemerintah (atau partai) dan masyarakat (yang prinsipnya ke salah satu arah diantara dua).
Penekanan yang awal kepada kampanye pemilu difokuskan perhatiannya pada arus “top-down” pada dimensi vertikal (dari pemerintah atau partai kepada warga negara atau pengikut). Hal ini, bagaimanapun juga, mengarah kepada pengabaian komunikasi di dalam elit masyarakat tertentu dan komunikasi yang bersifat informal dan interpersonal. Kita harus juga membuat catatan atas arus komunikasi yang mengarah “ke atas”, kepada arah politik yang juga “ke atas”, dalam bentuk membuat ‘feedback” voting, hasil polling pendapat, atau bentuk pertemuan pemikiran yang diadakan oleh politikus dan pemerintah.
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Partai politik perlu menerjemahkan informasi yang mudah dipahami oleh pemerintah dan masyarakat, agar komunikasi bersifat efektif (Cholisin, 2007: 114). Komunikasi politik menjadi posisi penting terutama sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat memfungsikan kekuasaan. Proses ini berlangsung disemua tingkat masyarakat dan setiap tempat yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu dengan kelompok-kelompoknya; bahkan diantara anggota masyarakat dengan para penguasanya. Sebab dalam kehidupan bernegara, setiap individu memerlukan informasi terutama mengenai kegiatan masing-masing pihak menurut fungsinya (Asep Saeful Muhtadi, 2008: 29-30).
Pemerintah membutuhkan informasi tentang kegiatan rakyatnya; dan sebaliknya rakyat juga harus mengetahui apa yang dikerjakan oleh pemerintahnya. Itu sebabnya, menurut Nasution (1990: 18), sistem politik demokrasi selalu mensyaratkan adanya kebebasan pers (freedom of the press) dan kebebasan berbicara (freedom of the speech). Dan fungsi-fungsi ini semuanya secara timbal balik dimainkan oleh komunikasi politik.
Itulah sebabnya, Susanto (1985: 2) mendefinisikan komunikasi politik sebagai  “ komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama”. Sedangkan dilihat dari sisi kegunaanya, menurut Kartaprawira (1988: 60), komunikasi politik berguna untuk “menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institut, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor pemerintahan”. Dua rumusan yang saling melengkapi ini mengisyaratkan bahwa komunikasi politik memang baru merupakan kegiatan pra-politik. Ia mempersiapkan situasi politik yang kondusif bagi suatu kepentingan tertentu. Diantara faktor yang ikut menentukan daya tahan pemerintahan Orde Baru selama lebih dari 30 tahun, misalnya, adalah karena intensifnya komunikasi politik yang secara sengaja diarahkan untuk memperolah pengaruh massa melalui proses akomodasi dan konfrontasi terhadap pemikiran politik yang hidup di masyarakat.
Komunikasi politik yang mengacu terhadap semua proses informasi (termasuk di dalamnya fakta, opini, kepercayaan dll.) transmisi, pertukaran dan pencarian yang terjadi diantara partisipan dalam wacana aktifitas politik yang di-institusi-kan. Kita dapat secara berguna menahan perhatian kita kepada aktivitas yang menjadi bagian dari “wilayah publik” dalam kehidupan politik, sebuah referensi yang melibatkan isi dari debat politik terbuka dan sebuah ‘arena’ dimana debat semacam itu terjadi.
Di dalam prakteknya, komunikasi politik meliputi berikut ini :
1)      Kegiatan-kegiatan langsung yang terdiri dari formasi, mobilisasi dan berbagai penyebaran dan pergerakan kecil dari politik.
2)      Semua bentuk kampanye yang terorganisir dirancang untuk mendapatkan dukungan politik bagi partai, tahu penyebab-penyebab, kebijakan atau pemerintah, dengan mempengaruhi opini dan perilaku dalam pemilu.
3)      Banyak proses yang melibatkan ekspresi, pengukuran, penyebaran informasi dan juga ‘manajemen’ opini publik (ini termasuk di dalamnya diskusi informal dan interpersonal).
4)      Aktifitas media massa yang sudah mapan dalam melaporkan dan memberi komentar pada kejadian politik.
5)      Proses informasi publik dan debat yang berkaitan dengan kebijakan politik.
6)      Sosialiasasi politik informal dan formasi dan pengawalan kesadaran politik.
Fenomena komunikasi politik suatu masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dinamika politik dimana komunikasi itu bekerja. Karena itu, kegiatan komunikasi politik di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari proses politik nasional yang menjadi latar kehidupannya (Asep Saeful Muhtadi, 2008: 55).
Menurut Gabriel Almond, semua bentuk interaksi manusia melibatkan komunikasi. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan majalah ikut mempengaruhi struktur komunikasi dalam masyarakat. Almond membedakan empat struktur komunikasi. Pertama, kontak tatap muka informal yang muncul terpisah dari struktur masyarakat. Kedua, struktur sosial tradisional seperti hubungan famili dan keagamaan. Ketiga, struktur politik “output” (keluaran) seperti legislatif dan birokrasi. Keempat, struktur “input” (masukan) termasuk misalnya serikat buruh dan kelompok kepentingan dan partai-partai politik. Kelima, media massa.
Almond menilai, kontak informal dalam sistem politik manapun tidak bisa disepelekan. Riset ilmuwan sosial telah membuktikan  bahwa saluran informal menjadi sistem komunikasi paling berkembang. Ia menyebutkan, studi media massa dan opini publik, Katz dan Lazarsfled (1955) menemukan bahwa media massa tidak membuat pengaruh langsung atas kebanyakan individu. Namun penelitian belakangan menunjukkan media massa mempengaruhi pola perilaku dan persepsi masyarakat.
Mochtar Prabotinggi (1993) menguraikan  dengan rinci bahwa dalam prosesnya komunikasi politik sering mengalami empat distorsi. Pertama, distorsi bahasa sebagai topeng. Ia memberikan contohnya dengan melihat bagaimana orang mengatakan alis “bagai semut beriring” atau bibir “bak delima merekah”. Uraian itu menunjukkan sebuah euphemisme. Oleh sebab itulah, bahasa yang menampilkan sesuatu lain dari yang dimaksudkan atau berbeda dengan situasi sebenarnya, bisa disebut seperti diungkakan Ben Anderson (1966), “bahasa topeng”. Kedua, distorsi bahasa sebagai proyek lupa. Manusia makhluk yang memang pelupa. Namun demikian dalam konteks politik kita membicarakan lupa sebagai sesuatu yang dimanipulasikan. Ternyata seperti diulas Prabottinggi, “lupa dapat diciptakan dan direncanakan bukan hanya atas satu orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta orang.”
Selanjutnya Prabottinggi membuat pendapat lebih jauh bahwa dengan mengalihkan perhatian seorang atau ratusan juta orang, maka massa bisa lupa. Bahkan lupa bisa diperpanjang selama dikehendaki manipulator. Di sini tampak distorsi komunikasi ini bisa parah jika sebuah rejim menghendaki rakyatnya melupakan sejarah atau membuat sejarah sendiri untuk melupakan sejarah pemerintahan sebelumnya.
Distorsi ketiga adalah, distorsi bahasa sebagai representasi. Jika dalam distorsi topeng keadaan sebenarnya ditutupi dan dalam distorsi lupa berbicara soal pengalihan sesuatu, maka distoris ketiga ini terjadi bila kita melukiskan sesuatu tidak sebagaimana mestinya.

C. Makna Dan Efektifitas Iklan Politik

Makna Iklan Politik
Iklan  APK konvensional umumnya memuat foto diri caleg, lengkap bersama visualisasi peci, rentetan gelar akademis, gambar partai, nomor urut, latar belakang dengan warna yang selaras dengan warna partai, tak lupa janji serta jargon yang menjadi ciri khas masing-masing kandida. Iklan APK dewasa ini mengalami perkembangan baru dari sisi konten, selaras dengan perkembangan zaman. Dari penambahan gambar tokoh populer yang berhubungan dengan partai sampai yang tidak ada hubungannya sama sekali, serta pernyataan jargon yang tak masuk akal tapi sensasional dan menohok. Tujuan dari itu semua untuk menarik minat masyarakat untuk berbondong-bondong memilihnya.
      Dalam  contoh iklan di samping caleg menambahkan visual berupa tokoh terkenal dalam APKnya. Tokoh terkenal bisa berasal dari kalangan alim ulama, tokoh politik nasional maupun tokoh politik internasional. Ini dilakukan agar menarik minat masyarakat untuk memilihnya.
      Penambahan gambar tokoh yang masih ada hubungannya dengan partai tersebut sebetulnya masih banyak yang  terbilang kolot. Biasanya, figur sentral partai selalu dilibatkan dalam APK, semisal foto Soekarno dan Megawati dalam APK caleg-caleg PDIP. Belakangan, posisi Soekarno dan Megawati mulai tergantikan oleh sosok Jokowi. Di Gerindra ada sosok Prabowo, sementara di Hanura ada Wiranto. Begitu juga dengan tokoh penting di partai lain. Selain tokoh penting dalam partai, sosok internasional yang sedang naik daun juga turut didomplengi oleh para caleg ini.
Contohnya pada tahun 2009, banyak dari para caleg yang memasang foto dirinya dengan presiden Amerika Serikat Barak Obama. Kenapa Obama? Menurut mereka dengan memasang foto Obama, mereka berharap akan bernasib sama dengan presidan Amerika Serikat itu dan mereka menunjukkan bahwa kinerjanya nanti apabila mereka dipercaya oleh rakyat Indonesia untuk mengemban amanah di legislatif akan seperti Barak Obama.
Para Caleg itu mencoba membangun image sebaik mungkin untuk menarik hati para rakyat Indonesia. Persaingan akan memanas dengan memasang APK dengan tokoh-tokoh yang mereka anggap paling berpengaruh pada waktu itu.

Efektifitas Iklan Politik
Efektifitas dari pemasanag iklan berupa APK pada iklan politik ada kelebihan dan kekuragannya.
Kelebihan:
-          Menarik dan kreatif
-          Hemat waktu
-          Tepat sasaran
Kekurangan:
-          Memakan tempat
-          Memakan biaya yang cukup mahal
-          Memunculkan persaingan yang tidak sehat
-          Terlalu mengumbar janji-janji

BAB III

PENUTUP



A.    Kesimpulan

Iklan adalah sebuah sarana pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat-tempat umum. Iklan politik merupakan salah satu dari komponen marketing politik yang amat penting, karena persepsi khalayak terhadap tokoh politik dapat dibangun lewat iklan politik.
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Partai politik perlu menerjemahkan informasi yang mudah dipahami oleh pemerintah dan masyarakat, agar komunikasi bersifat efektif. Komunikasi politik menjadi posisi penting terutama sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat memfungsikan kekuasaan. Proses ini berlangsung disemua tingkat masyarakat dan setiap tempat yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu dengan kelompok-kelompoknya; bahkan diantara anggota masyarakat dengan para penguasanya.
Penambahan gambar tokoh yang masih ada hubungannya dengan partai tersebut sebetulnya masih banyak yang  terbilang kolot. Biasanya, figur sentral partai selalu dilibatkan dalam APK, semisal foto Soekarno dan Megawati dalam APK caleg-caleg PDIP. Belakangan, posisi Soekarno dan Megawati mulai tergantikan oleh sosok Jokowi. Di Gerindra ada sosok Prabowo, sementara di Hanura ada Wiranto. Begitu juga dengan tokoh penting di partai lain. Selain tokoh penting dalam partai, sosok internasional yang sedang naik daun juga turut didomplengi oleh para caleg ini. Dengan memasang foto tokoh penting pada iklan APKnya para caleg berharap bernasib sama dan akan memiliki kinerja yang sama dengan si tokoh. Efektifitas iklan politik ada kelebihan dan kelemahan. Kelebihan adalah menarik dan kreatif, hemat waktu, dan tepat sasaran. Kekurangan adalah memakan tempat, memakan biaya yang cukup mahal, memunculkan persaingan yang tidak sehat, dan terlalu mengumbar janji-janji


DAFTAR PUSTAKA



Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.
Kantaprawira, Rusadi. 1990. Pendekatan Sistem dalam Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Sinar Baru.
Muhtadi, Asep Saeful. 2008. Komunikasi Politik Indonesia (Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, Zulkarimein. 1990. Komunikasi Politik, Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Susanto, Astrid S. 1985. Komunikasi Sosial di Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. 2011. Semarang: Widya Karya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar