Gita
Puspitasari
13010114130067
Sastra
Indonesia, SMT 1
Kelompok
B
Sejarah Perkembangan Filologi
Kebudayaan Yunani lama merupakan
salah satu dasar pemikiran yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan
masyarakat Barat pada umumnya. Di antara banyak cabang ilmu yang mampu membuka
aspek-aspek kebudayaan Yunani lama adalah ilmu filologi. Ilmu filologi Yunani
lama merupakan ilmu yang penting untuk menyajikan kebudayaan Yunani lama, yang
hingga abad ini tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam pengetahuan
mengenai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Ilmu filologi pun juga
berakar pada kebudayaan Yunani kuno.
Filologi di Eropa
a.
Awal pertumbuhannya
Awal kegiatan filologi dilakukan di kota Alexandria
oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 SM. Para sarjana Yunani yang bekerja di
perpustakaan Museum bertugas menangani buku-buku yang masuk ke perpustakaan.
Bentuk buku waktu itu masih berupa gulungan-gulungan papirus. Naskah-naskah
yang masuk ke perpustakaan ternyata banyak mengandung kesalahan. Oleh sebab
itu, para cendekiawan berupaya membangun teks standar, terutama teks Homer,
untuk dijadikan acuan utama. Kebutuhan untuk membuat teks standar ini
mengilhami para cendekiawan Alexandria mendefinisikan dan menga-plikasikan
kecendikiaan susastra lebih sistematis. Mereka berhasil menciptakan tanda-tanda
kritik pada naskah. Selain itu, mereka juga memberikan komentar-komentar pada
tepi naskah.Kegiatan ini, yang menggunakan tanda-tanda kritik dan komentar,
yang kemudian dikenal sebagai ilmu
filologi. Metode taraf awal ini kemudian berkembang dari abad ke abad. Untuk
memberi komentar pada naskah diperlukan pengetahuan yang memadai. Oleh sebab
itu, para ahli filologi awal ini menguasai ilmu dan kebudayaan Yunani Kuno.
Kegiatan filologi ini selain untuk menggali ilmu
pengetahuan Yunani lama juga diarahkan untuk kegiatan perdagangan.
Penyalinan-penyalinan naskah biasanya dilakukan oleh budak belian. Dengan cara
ini mudah sekali terjadi keslaahan-kesalahan tulis yang mengakibatkan
penyimpangan-penyimpangan teks. Tugas para filolog kemudian adalah menjaga
kemurnian teks-teks yang beredar dengan setiap kali melakukan perbaikan sejauh
dapat dilakukan.
Sampai jatuhnya Alexandria ke tangan bangsa Romawi
pada abad ke-1 SM. kegiatan filologi di Alexandria masih ramai karena banyak
yang berminat pada bidang ini. Sesudah Alexandria jatuh ke dalam kekuasaan
Romawi kegiatan filologi berpindah ke Eropa Selatan. Pusat kegiatannya di kota
Roma dan melanjutkan tradisi filologi Yunani atau meneruskan mazab Alexandria.
Kegiatan ini berlanjut sampai pecahnya Kerajaan Romawi pada abad 4 menjadi
Romawi Barat dan Romawi Timur. Peristiwa ini mempengaruhi perkembangan filologi
di kemudian hari.
b. Filologi Romawi Barat
Filologi di Romawi Barat diarahkan kepada penggarapan naskah-naskah
kuno berbahasa Latin. Banyak naskah yang baik dari abad 4 dan 5 bertahan terus
walaupunpun sangat sering hanya dalam bentuk fragmen saja. Ini menunjukkan
bahwa di tahun 500, setidaknya di Italia, masih diperoleh salinan dari
pengarang-pengarang Latin. Naskah-naskah itu kebanyakan disimpan dalam biara.
Cassiodorus yang mendirikan biara Vivarium pada tahun 540
mengadakan penyalinan naskah. Dia menyadari perlunya menerjemahkan otoritas
Yunani, filsafatnya, dan ilmunya ke dalam bahasa Latin. Pengarang-pengarang
pagan menemukan tempatnya dalam sistem pendidikan Cassiodorus. Namun, setelah
pendidikan kristen menemukan bentuknya, hasil tulisan yang bersifat pagan
disingkirkan dari sistem pendidikan kristen.
Kristenisasi berlangsung di Eropa sejak akhir abad 5.
Irlandia berperan penting dalam peradaban Eropa. Di sana tersimpan teks-teks
Latin. Orang Irlandia juga memiliki keahlian artistik dalam menulis. Ketika
kebudayaan Irlandia memasuki Inggris Utara, mulailah pengaruh agama Kristen di
Inggris (Anglo-Saxon). Kebudayaan Anglo-Saxon menghasilkan sejumlah buku dari
segala jenis. Dari Inggris ini kristen kemudian menyebar ke Eropa (daratan) dan
kegiatan filologi tidak lepas dari telaah naskah-naskah keagamaan oleh para
pendeta. Akibatnya naskah-naskah Yunani ditinggalkan.
Pada masa perkembangan agama kristen ini muncul dua
jenis huruf kaligrafi kecil (minuscule script) dan huruf setengah besar
(half-uncial). Huruf kecil tersebut antara lain Visigothic di Spanyol,
huruf Beneventam di Italia Selatan, dan Merovingian di Gaul. Huruf kecil yang
terkenal kemudian adalah Caroline. Perkembangan filologi di Roma Barat ini
nantinya bermuara pada renaisan. Satu hal yang perlu dicatat adalah
berkembangnya agama Kristen telah mengakibatkan teks Yunani Kuna ditinggalkan.
c. Filologi Romawi Timur
Meskipun secara umum teks-teks Yunani mulai
ditinggalkan di Romawi Barat, namun di Romawi Timur tradisi Yunani Kuno masih
berlangsung. Studi teks Yunani ini ada di Alexandria, Antiochia, Athena,
Beirut, Konstantinopel, dan Gaza. Alexandria mengkaji karya-karya Aristoteles
mengenai filsafatnya dan di Beirut menekankan bidang hukum. Studi klasik dan
pidato dilanjutkan dalam sekolah-sekolah dan perhatian khusus diberikan kepada
pengolahan sastra Attic dalam bentuk prosa. Pengolahan ini untuk menunjang
pengembangan retorika. Berkembangnya retorika ini mengakibatkan pendidikan
sastra terbengkelai.
Sumbangan besar dari peride Romawi Timur ini adalah
munculnya scholia. Scholia adalah komentar-komentar terhadap
karya-karya kuna yang dituliskan pada bagian tepi sebuah teks. Ide ini muncul
karena naskah pada waktu itu sudah berbentuk buku (codex). Dalam hal ini
perlu dicatat sumbangan Procopius dari Gaza yang menemukan bentuk sastra yang
disebut catena. Bentuk catena ini mirip scholia, berisi
komentar, tafsiran, pendapat, serta argumen yang tercantum pada sebuah buku,
khususnya bible.
Secara umum kegiatan membaca dan menyalin teks di
Romawi Timur ini mengalami kemunduran mulai abad ke-4 sampai dengan abad ke-6.
Sedikit sekali yang dapat dicatat mengenai kegiatan pendidikan dan studi
klasik. Situasi ini kembali membaik ketika memasuki era renaisans.
d. Filologi pada Zaman Reinassance
Renaisans berawal pada pertengahan abad 9. Banyak
kemajuan di bidang ilmu yang dicapai di Romawi Timur. Universitas dibangun
kembali. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Leo seorang filsuf dan ahli
matematika, Theodore seorang ahli geometri, Theodesius ahli astronomi, dan
Cometus ahli sastra sekaligus ahli retorika dan Atisisme.
Pada zaman ini tradisi penyalinan teks dikembangkan
lagi. Teks selain ditulis pada papirus juga ditulis di atas perkamen. Para
ilmuwan abad 9 bergairah menerjemahkan buku-buku kuno ke dalam bentuk baru.
Dalam tradisi penyalinan ini tak jarang terjadi kesalahan tulis. Kesalahan ini
diakibatkan oleh salah baca karena huruf yang disalin tidak jelas. Diperkirakan
para sarjana sering kali membanding-bandingkan salinan naskah yang mereka
miliki dengan naskah orang lain pada waktu membaca. Hasil perbandingan ini,
bila ada perbedaan, mereka tuliskan dalam bentuk komentar di atas baris
tulisan. Akibatnya, naskah menjadi kotor dan tercemar. Sehubungan dengan hal
itu dapat digambarkan betapa sulitnya usaha merekonstruksi teks yang terbebas
dari kesalahan agar mendekati teks aslinya.
Universitas Bardas pada masa ini telah menjadi pusat
kelompok sarjana yang memiliki perhatian untuk menemukan kembali dan
menyebarluaskan teks-teks klasik. Teks-teks sastra disalin secara teratur dan
karya-karya dalam bidang teknik, matematika, dan medis banyak dipelajari.
Naskah-naskah yang banyak dihasilkan pada masa ini terlestarikan berkat adanya
perdagangan buku. Hal ini menguntungkan usaha pelestarian teks-teks klasik
tersebut.
Tampaknya tradisi ilmu pengetahuan yang berkembang di
Byzantium (Romawi Timur) ini dicontoh dan menjadi model kaum Humanis di Italia.
Renaisans di Italia berawal pada abad 13. Kelompok humanis di Padua di bawah
pimpinan Lovato Lovati (1241-1309). Lovata tertarik pada puisi klasik. Karyanya
banyak menarik minat orang. Meskipun dia tidak begitu besar dalam
kepenyairannya namun ada bekas kerja kreatifnya tentang karya-karya klasik.
Tokoh berikutnya adalah Geremia de Montagnone (1255-1321) yang semula tidak
tertarik pada sastra. Kemudian Alberto Mussanto (1261-1329). Verona yang
dianggap oleh Padua sebagai saingan membantu perkembangan humanisme melalui Chapter
Library. Keseluruhan perkembangan di Padua dan Verona ini dikenal sebagai
prahumanis.
Humanisme sesungguhnya dimulai oleh Petrarch
(1304-1374). Dia berpandangan luas dan pengaruhnya tidak terbatas.
Budaya-budaya kuna banyak diwarisinya dan kemu-dian diungkap kembali
disesuaikan dengan waktu itu. Pada saat ini pula Cicero muncul.
Tokoh-tokoh humanis lainnya kemudian adalah Boccaccio
(1313-1375), Colucio Salutati (1331-1406), Pogio Bracciolini (1380-1459),
Flavio Biondi (1392-1463), Lorenzo Valla (1407-1457), Angelo Poliziano
(1454-1494), dan Politian.
Penemuan
kembali kesusastraan kuna terjadi pada masa Pogio Bracciolini. Arus penemuan
itu sangat kuat melalui renaisans semenjak masa prahumanisme. Penemuan di luar
bidang sastra adalah dalam bidang ilmu dan teknik serta pemahaman yang lebih
lengkap terhadap peninggalan klasik. Srudi arkeologi, numismatik. dan studi
institusi-institusi berkembang pada masa ini.
Pada tahun 1453 Romawi Timur dikalahkan oleh Turki.
Banyak pengungsi yang sarjana lari ke Romawi Barat dan di sana menimbulkan
kebangkitan pengetahuan Latin. Gilirannya hal ini menimbulkan keinginan untuk
mempelajari para penulis Yunani.
Tokoh terakhir humanisme adalah Erasmus (1469-1536).
Dia dikenal pertama kali lewat tulisannya tentang peribahasa yang edisi
pertamanya dilengkapi dengan komentar. Pada waktu kemudian dia bertemu dengan
Aldus dan menerbitkan edisi pertama teks Yunani Kitab Suci Perjanjian Baru
tahun 1516. Sumbangan terbesar bagi renaisans dari Erasmus adalah perannya
sebagai editor yang menerbitkan karya-karya kuna disertai dengan metode
kritiknya.
e. Filologi di Kawasan Timur Tengah
Sejak abad ke-4 kota di Timur Tengah
memiliki pusat studi yang diberi nama Bait al-Hikmah (Lembaga Kebijaksanaan)
berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani, seperti Gaza, Belrut,
Edessa, dan Antioch. Abad ke-5 dilannda perpecahan gerejani maka para ahli
filologi berpindah ke kawasan Persia. Dalam lembaga ini naskah Yunani diterjemahkan
ke dalam bahasa Syria dan bahasa Arab. Kota Harra di Mesopotamia pernah menjadi
pusat studi naskah Yunani, penduduknya yaitu Sabean, suku yang tergolong kuno
dan mahir dalam bahasa Arab.
Zaman dinasi Abasiyah, dalam
pemerintahan khalifah Mansur (754-775), Harun Alrasyid (786- 775), dan Makmun
(809-833). Puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani ada dalam pemerintahan
Makmun.
Sebelum kedatangan agama Islam,
Persia dan Arab memiliki karya yang terbilang mengagumkan misalnya Mu’allaqat
dan Qasidah. Kegiatan ini meluas ke kawasan luar Negara Arab setelah Islam
berkembang serta mistik Islam berkembang dengan maju di Persia, abad ke-10
hingga abad ke-11. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia
pada abad ke-8 hingga abad ke-15 menyebabkan ilmu pengetahuan Yunani yang telah
diserap oleh bangsa Arab kembali masuk ke Eropa dengan baju Islam. Pada abad
ke-17 telaah teks klasik Arab dan Persia di Eropa telah dipandang mantap, di
Cambridge dan Oxford. Dan pada abad ke-18 didirikan pusat studi kebudayaan
ketimuran oleh Sivester de Sacy dengan nama Ecole des Langues Orientales
Vivantes. Sehingga lahirlah ahli orientalis Eropa, yaitu Etienne Qutremere
(1782-1857), De Slane, De Sacy (bapak para orientalis di Eropa).
f. Filologi di India
India ialah bangsa yang dipandang
memiliki peradaban tinggi. Diantara bangsa Asia yang dipandang memiliki cukup
dokumen peninggalan lampau seperti prasasti dan naskah-naskah. Telaah filologi
di India diperkenalkan oleh sarjana Eropa (bangsa Belanda). Gubernur Jenderal
W. Hansting menyusun kitab hukum berdasarkan naskah kuno bangsa India (1776).
Pada tahun 1784 sebuah wadah kegiatan filologi didirikan di Bengal dengan nama The Asia Society. Wilkins menerjemahkan
Bhagawatgita dengan judul Song of the
Adorable One (1785), Hipopadesa (1787).
Wiulliam jones menerjemahkan Sakuntala,
Gitagowinda (1794).
Pada awal abad 19 Frieddich Schlegel
(orang Jerman), menulis buku On the Language and Wisdom of the Indian (1808).
Berasama dengan A. Hamilton dari Inggris, dia memajukan naskah-naskah Sanserketa
di Eropa. Selain itu, juga dikenal nama Fans Bopp yang menulis tentang
konjungsi bahasa Sansekerta. Dia di pandang sebagai peletak dasar-dasar
perbandingan filologi.
Naskah-naskah
India:
Naskah-naskah bangsa India yang dipandang paling tua adalah kesastraan Weda,
kitab suci agama Hindu. Disamping naskah yang bernafaskan agama dan filsafat,
naskah-naskah India juga berisi wiracarita, misalnya Mahabharata dan Ramayana,
karya tulis karya penyair andalan, serta karya yang berisi ilmu pengetahuan
seperti ilmu kedokteran, ilmu tatabahasa, ilmu hukum, dan ilmu politik.
g. Filologi di Nusantara
Perkenalam dan perkembangan filologi di Indonesia
tidak lepas dari pengaruh kedatangan bangsa barat ke Indonesia. Yang pertama
kali mengetahui adanya naskah di Indonesia adalah para pedagang. Naskah dari
Indonesia dibeli kemudian dijual lagi di Eropa. Orang yang dikenal sebagai
pedagang naskah ini adalah Peter Floris yang pada tahun 1604 pernah tinggal di
Aceh. Adapun karangan pertama tentang keindonesiaan adalah Spraak ende
Woordboek, inde Maleysche ende Madagaskarsche Talen oleh Frederick de
Houtman pada tahun 1603. Terbitnya buku ini jelas berkaitan dengan kepentingan
VOC dalam usaha dagangnya karena dengan menggunakan bahasa Melayu mereka dapat
berhubungan dengan bangsa pribumi.
Telaah naskah yang pertama kali dilakukan guna
kepentingan terjemahan Alkitab. Alkitab pertama terbit pada tahun 1629 dalam
bahasa Melayu karya Albert Cornelis Ruil. Kegiatan penerjemahan Alkitab ini
berlangsung sampai dengan melemahnya VOC. Banyak penginjil yang berusaha
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Nelayu, di antaranya Dr. Melchior
Leidecker (1645-1701) yang karyanya diterbitkan oleh Petrus van de Vorm
(1664-1731). Francois Valentijn (1666-1727) seorang pendeta menulis
ensiklopedi. G.H. Werndly yang karangannya berjudul Maleische Spraakkunst
terbit pada tahun 1736.
Setelah VOC melemah usaha pengajaran dan penyebaran
Alkitab diteruskan oleh Zending dan Bijbelgenootschap yang baru pada tahun 1814
dapat mengirimkan G. Bruckner ke Indonesia. Terjemahan Alkitab Bruckner terbit
pada tahun 1931 dalam huruf Jawa. Penginjil lain yang kemudian dikirim ke Jawa
adalah J.V.C. Gericke. Di samping mengirim penginjil ke Jawa, Nederlandsche
Bijbelgenootschap (NBG) juga mengirim penginjil ke daerah Kalimantan (Dayak),
Sumatra (Batak), Makasar (Bugis), Sunda, dan kepulauan Nias.
Para penginjil ini menguntungkan pemerintah jajahan
Belanda karena dapat membantu pemerintah memberi pelajaran bahasa secara ilmiah
kepada para pegawai sipil Belanda yang memerlukan keahlian itu. Kalau pertama
kali datang para penginjil itu mempelajari naskah untuk tujuan mengenal
bahasanya guna menyiarkan agama, maka selanjutnya mereka ada yang berniat
mengkaji naskah untuk memahami kandungan isinya. Pada gilirannya mereka tertarik
untuk membuat suntingan agar naskah tersebut dapat diketahui oleh khalayak yang
lebih luas.
Minat terhadap naskah nusantara ini menimbulkan mimbar
kuliaha tentang bahasa, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa. Mimbar kuliah
tersebut mula-mula dibuka Koninklijke Militaire Academi (KMA) di Breda tahun
1836 dengan guru besar T. Roorda dan di Delf tahun 1942 dengan guru besar
Roorda van Eysinga. Akhirnya mimbar kuliah ini dipindahkan ke Fakultas Sastra
Universitas Leiden.
Di samping tenaga peneliti dari Belanda, dikenal pula
peneliti dan ahli filologi dari Inggris dan Jerman. Peneliti-peneliti Inggris
di antaranya John Leyden, J. Logan, W. Marsden. Th. S. Raffles, J. Crafurd,
R.J. Wilkinson, R.O. Winsted, dan Shellebear; sedangkan dari Jerman dikenal
Hans Overbeck.
Umumnya para filolog yang menerbitkan teks Indonesia
tradisional tidak begitu sadar akan teori filologi. Yang diterapkan biasanya
metode filologi prailmiah dengan intuisi dan pengetahuan bahasa yang sebaik
mungkin. Biasanya sebuah naskah dipakai sebagai legger, dasar edisi,
yang kemudian seperlunya diperbaiki berdasarkan perbandingan dengan naskah
lain. Atau, khususnya dalam hal adanya hanya satu naskah, mereka memakai
prinsip edisi diplomatik. Baried (1994:50) menyebutnya sebagai taraf awal
filologi di Indonesia untuk kajian filologi dengan metode intuitif atau
diplomatik ini. Contoh penggunaan metode ini adalah suntingan Ramayana
Kakawin (1900) dan Kunjarakarna (1901) oleh H. Kern, Syair
Bidasari (1843) oleh van Hoevel, Geschiedenis van Sri Rama (1843) oleh
Roorda van Eysinga, dan Een Javaansche geschrift uit de 16de eeuw (1881)
oleh J.G.H. Gunning.
Pengagarapan naskah selanjutnya pada
abad 19 telah menunjukkan perkembangan/peningkatanberupa suntingan teks dalam bentuk
transliterasi dalam aksara Latin. Bentuk karya tersebut, antara lain dihasilkan
oleh R. Th. Friederich yang berjudul Wrettasantjaja
(1849), Ardjoena Wiwaha (1850), dan Bomakawya (1850) yang ketiga merupakan naskah Jawa Kuno. Cohen
Stuart mengerjakan Barata Faeda
(1850), Juyboll mengerjakan beberapa suntingan teks Mahabarata yang di beri
judul Drie Boeken van het Oud-Favanschein
Kawi-teks en Nedertandche vertaLing (1893).
Terjemahan
ke dalam bahasa asing, terutama bahasa Belanda, adalah perkembangan telaah
filologis berikutnya. Contoh untuk periode ini misalnya Sang Hyang
Kamahayanikan, Oud-Javaansche tekst met inleiding, vertaling en aanteekeningen (1910)
oleh J. Kats dan Ardjoenawiwaha (1926) oleh Poerbatjaraka.
Metode Lachman (stemma) jarang diterapkan dalam
filologi di Indonesia. Dalam filologi Jawa, khususnya, Gonda mulai menerapkan
metode ini dengan edisi Brahmandapurana (1932), tetapi contoh baik ini
jarang diikuti peneliti lain; sedangkan di bidang Melayu klasik khususnya
disertasi Ras Hikayat Banjar dan Kotawaringin (1968) dan Brakel Hikayat
Muhammad Hanafiyyah (1975) mencoba menerapkan metode stemma secara
sistematik.
Pada periode mutakhir dirintis telaah naskah-naskah
nusantara dengan analisis berdasarkan ilmu sastra. Contoh untuk periode ini
misalnya Hikayat Sri Rama, Suntingan Naskah Disertai Telaah Amanat dan
Struktur (1980) oleh A. Ikram, Hikayat Hang Tuang, Analisa Struktur (1979)
oleh Sulatin Sutrisno.
Dekade berikutnya perkembangan filologi ini adalah
penelitian dengan analisis intertekstual. Hasil-hasil penelitian dengan model
ini dimulai oleh Partini Sardjono-Pradotokusumo dengan Kakawin Gajah Mada
(1986), Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad Ke-20, Suntingan Naskah serta Telaah
Struktur, Tokoh dan Hubungan Antarteks (1984). Telaah lain sesudah ini di
antaranya Fragment of Reading: The Malay Hikayat Merong Mahawangsa (1985)
oleh Hendrik M. Jan Maier, Arjunawiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat
Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa (1987) oleh I. Kluntara
Wiryamartana.
Pada dasarnya perkenbangan filologi di Indonesia tidak
dapat ditinjau berdasarkan metode yang digunakan. Hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa metode yang digunakan biasanya berdasarkan naskah yang dapat dijumpai.
Di bawah ini dipaparkan beberapa hasil-hasil
penelitian filologi di Indonesia.
(1) 1843,
Geschiedenis van Sri Rama oleh Roorda van Eysinga
(2) 1843, Sjair
Bidasari oleh van Hoevell
(3) 1850,
Ardjoena-Wiwaha oleh R.Th.A.Friederich
(4) 1860, Brata
Joeda oleh Cohen Stuart
(5) 1878, Tjarita
Brakaj (Fragment uit Tjarita Brakaj/terjemah) oleh Vreede (Teeuw, 1947)
(6) 1881, Een
Javaansche geschrift uit de 16de eeuw oleh J.G.H. Gunning
(7) 1900, Ramayana
Kakawin oleh H.Kern
(8) 1902,
Nagarakrtagama oleh Brandes
(9) 1906,
Adiparwa, Oud-javaansche prozageschrif oleh H.H.Juynboll
(10) 1913, Critische Beschouwing van
Sadjarah Banten oleh Hoesein Djajadiningrat
(11) 1916, Het Book van Bonang oleh
B.J.O. Schrieke
(12) 1922, De Roman van Amir Hamzah
oleh Ph. S. van Ronkel
(13) 1922, De Panji Roman oleh W.H.
Rassers
(14) 1922, Hikajat Hang Tuah oleh H.
Overbeck
(15) 1924, Het Boek de Duizend
Vragen oleh G.F.Pijper
(16) 1926, Ardjuna-Wiwaha oleh
Poerbatjaraka
(17) 1926, Agastya in den Archipel
oleh Poerbatjaraka
(18) 1928, Hikajat Perang Sabil oleh
H.T. Damste
(19) 1932, Brahmanda Purana oleh
Gonda
(20) 1933, De Geschriften van Hamzah
Pansoeri oleh J. Doorenbos
(21) 1934, Nawaruci oleh
Prijohoetomo
(22) 1937, Hikajat Malem Dagang oleh
H.K.J. Cowan
(23) 1938, Wirataparwa, opniew
uitgegeven, vertal en toegelicht
(24) 1945, Samsuddin van Pasai oleh
C.A.O. van Nieuwenhuijze
(25) 1946, Het Bomakawya oleh Teeuw
(26)
1949, Loetoeng Kasaroeng, een mythologisch verhaal vit West-Java oleh F.S.
Eringa
(27) 1952, The Malay Annals oleh
C.C. Brown
(28) 1955, Een achttiende eeuwe
kroniek van Wadjo oleh J. Noorduyn
(29) 1957, Malay Mysticsm oleh A.
Johs
(30) 1958, Adat Atjeh oleh Drewes
dan Voorhoeve
(31) 1959, De Hikayat Atjeh oleh
Teuku Iskandar
(32) 1960, Java in the 14th Century
oleh Pigeaud
(33) 1960, Asrar Al-Insan fi Ma’Rifa
Al-Ruh Wal-Rahman oleh Tudjimah
(34) 1966, Shair Ken Tambunan oleh
Teeuw
(35) 1968, Hikajat Bandjar oleh J.J.
Ras
(36) 1969, Hikajat Andaken Panurat
oleh Robson
(37) 1970, Hikajat Merang Mahawangsa
oleh Siti Hawa Saleh
(38) 1970, The Mysticism of Hamzah
Fansuri oleh Naguib Al-Attas
(39) 1971, Wangbang Wideya oleh
Robson
(40) 1971, Jňanasiddhanta oleh
Haryati S.
(41) 1972, Babad Buleleng oleh P.J.
Worsley
(42) 1975, The Book of Cabolek oleh
S. Soebardi
(43) 1975, Hikayat Muhammad
Hanafiyyah oleh Brakel
(44) 1976, Undang-undang Melaka oleh
Liaw Yock Fang
(45) 1977, Arjunawijaya oleh
S.Supomo
(46) 1978, Cerita Dipati Ukur oleh
Edi S Ekadjati
(47) 1978, Hikayat Sri Rama oleh
Achadiati Ikram
(48) 1979, Sejarah Sukapura oleh
Herman Sumantri
(49)
1979, Hikayat Hang Tuah, Analisa Struktur dan Fungsi oleh Sulastin Sutrisno
(50) 1979, Adat Raja-raja Melayu
oleh Panuti Sudjiman
(51) 1980, Hikayat Indrapura oleh
Sri Wulan RM
(52) 1983, Javaansche Tekst Kritiek
oleh van der Molen
(53) 1984, Kakawin Gadjah Mada oleh
PS Pradotokusumo
(54)
1985, Fragment of Reading: The Malay Hikayat Merong Mahawangsa oleh Hendrik M.
Jan Maier
(55)
1987, Arjunawiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat Tanggapan dan Penciptaan
di Lingkungan Sastra Jawa oleh I. Kuntoro W.
(56)
1988, Hikayat Iskandar Zulkarnain: Suntingan Teks dan Analisis Resepsi oleh
Siti Chamamah Soeratno
(57)
1989, Hikayat Maharaja Gareba Jagat: Suntingan Naskah Disertai Tinjauan Tema
dan Amanat Cerita serta Fungsi Panakawan di Dalamnya oleh Nikmah Sunardjo
(58)
1989, Serat Panitisastra: Tradisi, Resepsi, dan Transformasi oleh A. Sudewa.
(59)
1995, Dari Kartasura ke Surakarta: Studi Kasus Serat Iskandar oleh A. Sudewa
(60)
1984, Babad Blambangan: Pembahasan-Suntingan Naskah-Terjemahan oleh
Darusuprapto
(61)
1996, Lokajaya: Suntingan Teks, Terjemahan, Struktur Teks, Analisis
Intertekstual dan Semiotik oleh Marsono