Jumat, 15 September 2017

Hubungan Filologi Dengan Ilmu-ilmu Lain



Hubungan Filologi Dengan Ilmu-ilmu Lain
            Untuk mengarap sebuah naskah, ahli filologi tentunya memerlukan ilmi bantu. Ilmu bantu dalam filologi mempunyai hubungan secara timbal balik dan saling membutuhkan. Filologi dalam pengkajiannya tidak bisa terlepas dari ilmu-ilmu bantu lain, begitupun ilmu-ilmu yang menjadikan naskah-naskah kuno sebagai sumber yang nominan dalam menentukan sebuah teori juga tidak lepas hubungannya dengan filologi.
A.    Ilmu Bantu Filologi
Objek kajian paling utama filologi adalah naskah-naskah yang mengandung teks sastra lama atau sastra tradisional, yaitu satra yang di hasilkan masyarakat yang masih dalam keadaan tradisional, masyarakat yang belum memperhatikan pengaruh Barat secara intensif. Satra yang demikian ini mempunyaihubungan erat dengan masyarakat yang menghasilkannya. Dengan demikan, pengatahuantentang masyarakat zaman lampau, masyarakat yang menghasilkan sastra tradisional itu,merupakan syarat mutlak untuk memahaminya. Filologi memerlukan ilmu bantu yang berhubungan erat dengan bahasa, masyarakat serta budaya yang melahirkan naskah, dan ilmu sastra yang mengungkapkan nilai-nilai sastra yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian untuk menangani naskah dengan baik ahli filologi memerlukan ilmu bantu antara lain: linguistik, pengetahuan bahasa-bahasa yang mempengaruhi bahasa teks, ilmu sastra, ilmu agama, sejarah kebudayaan, antropologi, foklor, dan paleografi. Di bawah ini ilmu-ilmu bantu yang dimaksud akan diuraikan secara singkat .
a.       Linguistik
Linguistik adalalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana.2008:144). Hubungan filologi dan linguistik tercermin dari objekkajiannya, bahasa. Manakala filologi mencari makna dari suatu teks yang  pada dasarnya adalah bahasa maka filologi membutuhkan linguistik sebagai upaya untuk memaknai bahasa kuno dengan berbagai keunikannya.
Dalam linguistik ada beberapa cabang ilmu yang dipandang dapat membantu filologi, anatra lain:
Etimologi (etymology) : penyelidikan mengenai asal-usul kata serta perubahan-perubahannya dalam bentuk dan makna.
Sosiolinguistik (sociolinguistics) : cabang linguistik yang mempelajari hubungsn dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.
Stilistika (stylistics) : cabang linguistik yang menyelidiki bahasa sastra, khususnya gaya bahasa.
b.      Pengetahuan Bahasa-bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Teks
Bahasa yang mempengaruhi bahasa-bahasa naskah Nusantara, di antaranya: bahasa Sansekerta, Tamil, Arab, Persi, dan bahasa daerah yang serumpun dengan bahasa naskah. Dalam bidang ini, seorang filolog harus mampu menguasai atau mengetahui bahasa-bahasa yang sering terdapat dalam naskah kuno yang dapat mempengaruhi suatu teks. Misalnya dalam sebuah naskah kuno dalam ranah Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Terutama adalah bahasa Sansekerta dan Arab. Kedua bahasa ini akan memudahkan seorang filolog untuk menguraikan makna suatu naskah nusantara.
Misalnya bahasa Sansekerta yang banyak dijumpai dalam naskah cerita fiksi atau berupa epik Ramayana, mahabarata, dan Sang Hyang Kamahayanikan. Sedang dalam bahasa arab akan kita temui dalam karya melayu kuno seperti karangan Hamzah Fanzuri, Nuruddin Arraniri, Abdurauf Asssingkeli dan lain-lain. Dalam karya ini, mereka menggunakan bahasa Arab yang menguraikan banyak hal mengenai agama Islam yang memiliki bentuk tanpa syakal atau berharokat.
c.       Ilmu Sastra
Naskah kuno yang berkembang di Nusantara kebanyakan mengandung teks sastra, teks yang berisi cerita fiksi. Untuk mengkaji teks tersebut filologi memerlukan metode pendekatan sesuai objeknya, yaitu metode pendekatan ilmu sastra.
Untuk itu, pendekatan yang dirasa baik dan tepat adalah 4 pendekatan milik Abrams (1953) oleh Teeuw (1980) yang dianggap oleh Wellek dan Waren sebagai 3 pendekatan ekstrinsik dan 1 pendikatan intrinsik.
1)      Pendekatan mimetik, menonjolkan aspek-aspek referensi, acuan karya sastra, dan kaitannya dengan dunia nyata.
2)      Pendekatan pragmatik, menonjolkan pengaruh karya sastra terhadap pembaca/pendengarnya.
3)      Pendekatan ekspresif, menonjolkan karya sastra sebagai penciptanya.
4)      Pendekatan objektif, menonjolkan karya sebagai struktur otonom, lepas dari latar belakang sejarahnya dan dari serta niat penulisnya.
Akan tetapi, para sastrawan modern mendapati suatu pendekatan yang disebut pendekatan represif. Pendekatan ini lebih menonjolkan seberapa besar tanggapan pembaca terhadap karya yang ada.
d.      Ilmu Agama
Selain ilmu sastra atau  linguistik yang diperlukan dalam memaknai sebuah teks, seorang filolog pula harus mengetahui seluk-beluk tentang agama yang ada di nusantara. Seperti Hindu, Budha dan Islam. Mengingat ketiga agama ini banyak mempengaruhi budaya nusantara. Dalam masalah ilmu bantu yang satu ini diharapkan seorang filolog dapat mengkoneksikan hubungan antara pengaruh agama dalam sebuah naskah seperti yang tercitra dalam naskah Brahmadapura dan  agastyaparwa untuk ajaran Hindu. Sang Hyang Kamahayanikan dan Kunjarakarna untuk ajaran Budha.
Lebih lanjut, Dari sejumlah 5.000 naskah Melayu yang telah berhasil dicatat oleh Ismail Hussein dari perpustakaan dan museum berbagai Negara yang terdiri dari 800 judul, 300 judul diantaranya berupa karya-karya dalam bidang ketuhanan (Baried, 1994:23).  Dalam pernyataan ini menandakan bahwa ilmu tentang agama memiliki peran penting dalam pengkajian filologi yang nantinya dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan isi dari suatu naskah.
e.       Sejarah Kebudayaan
Dalam pengkajian secara historis terhadap karya-karya lama diperlukan pengetahuan sejarah kebudayaan. Lewat sejarah kebudayaan dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan unsur budaya suatu bangsa. Kita mempelajari kebudayan suatu masyarakat untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman masyarakat pada waktu itu dalam menuliskan pemikirannya dalam sebuah karya tulisan ( naskah ).

f.       Antropologi
Secara singkat disebutkan bahwa antropologi ialah penyelidikan terhadap manusia dan kehidupannya (Partanto, 2001:44). Dari pengertian yang ada, maka dapat dikaitkan dengan filologi  bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari adanya kebudayaan dan filologi mengkaji salah satu budaya dari manusia yang berbentuk naskah. Dalam hal ini, antropologi lebih menekankan penelitian bagaimana manusia menyikapi naskah yang telah ada dari zaman dahulu hingga sekarang.
g.      Folklor
Folklor merupakan ilmu yang relatif masih baru karena semula dipandang sebagian dari ilmu antropologi.  Unsur-unsur budaya yang terangkum dalam folklor dapat digolongkan menjadi dua yaitu unsur budaya yang materinya bersifat lisan dan golongan budaya yang materinya bersifar upacara-upacara. Yang termasuk golongan pertama yaitu mitologi, legenda, cerita asal usul, dongeng, mantera, teka-teki, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk golongan yang kedua yaitu upacara yang mengiring kelahiran, perkawinan, kematian. Yang paling erat kaitannya dengan filologi yaitu golongan pertama yang termasuk sastra lisan, terutama sastra lisan yang berupa cerita rakyat. Folklor sangat erat kaitannya dengan filologi karena banyak teks lama yang menceritakan unsur-unsur folklor, misalnya teks yang termasuk jenis sastra sejarah atau babad.
h.      Paleografi
Ilmu yang mempelajari tentang macam-macam tulisan kuno.[1] Filologi tidak hanya membahas tulisan yang berupa naskah, tetapi filologi juga membahas tulisan yang berada di benda-benda lainnya seperti makam, prasasti, dan uang logam. Dalam pengkajian filologi, seorang filolog di harus mengetahui dan mengerti akan macam-macam dan betuk tulisan kuno yang berkembang saat itu.
Paleografi biasanya bertujuan untuk :
·         Mengalihbahasakan naskah bertulisan kuno, supaya dapat dibaca oleh masyarakat umum.
·         Menerjemahkan tulisan kuno ke bahasa yang dapat orang memahaminya.
·         Mengkronologikan dan mengelampokan benda-benda bersejarah pada tempatnya.
B.     Filologi sebagai Ilmu Bantu Bagi Ilmu-Ilmu Lain
Dari pembicaran dalam bab-bab yang lau dapat diketahui bahwa objek filologi ialahterutama teks atau naskah lama, sedangkan hasil kegiatannya antara lain, berupa suntingannaskah . ada beberapa macam suntingan , menurut metode yang digunakan, misalnya suntingan diplomatis, fotografis, populer atau ilmiah. Suntingan naskah biasanya disertaicatatan berupa aparat kritik , kajian bahasa naskah, singkatan isi naskah, bahasa teks, danterjemahan teks kedalam bahasa nasional apabila teks dalam bahasa daerah dan kedalambahasa internasional apabila suntingan disajikan untuk dunia internasiaonal.
a.       Filologi Sebagai Ilmu Bantu Linguistik
Untuk penelitian linguistik, ahli linguistik memerlukan suntingan naskah-naskah lama hasil kerja filolog dan mungkin juga membutuhkan hasil kajian bahasa teks lama oleh ahli filologi. Dari hasil kerja para filolog inilah para ahli linguistik menggali dan menganalisis seluk beluk bahasa-bahasa tulis yang pada umumnya telah berbeda dengan bahasa sehari-hari. Hasil kajian linguis ini kelak akan dimanfaatkan oleh filolog. Dengan demikian terdapat hubungan timbal balik antara filologi dan linguistik.
b.      Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra
Diatas tadi telah dijelaskan bahwa karya nusantara sangatlah banyak dan sebagian besar dari karya yang lahir merupakan karya sastra kuno atau tradisional. Dari karya yang ada, filologi berperan untuk menelaah lebih dalam tentang kandungan karya tersebut dan mengelompokkannya dalam sub-bagian yang mempermudah khalayak untuk membacanya. Dari hal tersebut, para sastrawan yang mumpuni saat ini menggunakannya untuk menyusun sebuah sejarah sastra atau teori sastra.
c.       Filologi Sebagai Ilmu Bantu Sejarah Kebudayaan
Selain mengumpulkan naskah lama, memelihara, dan menyuntingnya, filologi banyak mengungkapka khasanah warisan nenek moyang. Misalnya kepercayaan, adat istiadat, kesenian, dan lain sebagainya. Melalui pembacaan naskah lama dapat diketahui penyebutan atau pemberitahuan adanya unsurr-unsur budaya yang sekarang telah punah.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas merupakan bahan yang sangat berguna untuk penyusunan sejarah kebudayaan. Itulah manfaat filologi bagi sejarah kebudayaan.
d.      Filologi Sebagai Ilmu Bantu Hukum Adat
Manfaat filologi bagi ilmu hukum adat yaitu dalam hal penyediaan teks. Banyak naskah nusantara yang merekam adat istiadat. Ada juga khasnah sastra nusantara berisi tentang hukum. Dalam kehidupan masyarakat melayu sering disebut sebagai undang-undang, sedangkan di jawa disebut angger-angger. Undang-undang yang dimaksud berbeda dengan arti sekarang. Undang-undang pada masyarakat melayu sebenarnya merupakan adat yang terbentuk dalam masyarakat selama peredaran masa, bukan peraturan yang seluruhnya dibuat oleh raja sebagai penguasa. Penulisannya baru dilakukan kemudian dirasakan betapa perlunya kepastian peraturan hukum oleh raja. Atau setelah ada pengaruh dunia barat. Contoh undang-undang dalam sastra melayu yaitu Undang-Undang Negeri Malaka, Undang-Undang Minang Kabau. Dalam sastra jawa yaitu Raja Niti, Panitia Raja, Kapa-Kapa, dan sebagainya. Tersedianya teks-teks semacam itu sangat berguna bagi ilmu adat.
e.       Filologi Sebagai Ilmu Bantu Sejarah Perkembangan Agama
Banyak naskah-naskah kuno yang mengandung unsur keagamaan yang mewarnai khasanah naskah yang ada di nusantara ini. Seperti dalam naskah kuno jawa yang dipengaruhi oleh unsur-unsur agama Hindu dan Budha. Sedangkan naskah-naskah melayu, banyak diwarnai oleh agama Islam. Pengaruh sastra Islam dalam sastra jawa baru pada umumnya melalui sastra Melayu.
Suntingan naskah terutama naskah yang mengandung teks keagamaan atau sastra kitab dan hasil pembahasan kandungannya akan menjadi bahan penulisan perkembangan agama yang sangat berguna. Dari teks-teks semacam itu akan diperoleh gambaran yang berupa perwujudan penghayatan agama, percampuran agama Hindu, Budha, dan Islam dengan kepercayaan yang hidup di masyarakat nusantara. Permasalahan aliran-aliran agama yang masuk ke nusantara. Gambaran tersebut merupakan permasalahan yang ditangani oleh ilmu sejarah perkembangan agama. Dengan demikian, penanganan naskah sastra kitab secara filologi akan sangat bermanfaat bagi ilmu sejarah perkembangan agama.
f.       Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Filsafat
Subagio Sastrowardoyo (1983) telah mencoba mengangkat pemikiran filsafati dalam sastra hikayat sebagai berikut. Teks-teks sastra hikayat banyak mengandung nasihat dan pepatah yang menandakan bahwa sastra merupakan penjaga keselamatan moralitasyang dijunjung oleh masyarakat pada umumnya. Moralitas yang demikian bersumber pada keyakinan yang bersifat filsafat atau pemikiran keagamaan. Lukisan tokoh-tokoh dalam hikayat yang pada umumnya berupa tokoh baik dan tokoh jahat mencerminkan filsafat yang berdasarkan pandangan hidup sederhana, yakni bahwa hidup ini pada intinya seperti peperangan antara yang baik dan yang buruk, yang menurut moralitas umum berakhir dalam kemenangan di pihak yang baik. Dalam sastra tradisional, moralitas ini berlaku secara mutlak meskipun di sana sini ada kecualian.Menurut Al-Attas (1972:67) naskah naskah yang berisi tasawuf mengandung filsafat yang meliputi aspek-aspek ontology, kosmologi, dan psikologi. Ilmu tasawuf dipandangnya sebagai filsafat islam yang sejati (1972:19). Naskah - naskah yang mengandung filsafat dalam naskah Nusantara jumlahnya cukup banyak, terutama dalam sastra Melayu dan Jawa.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar