Nama
kelompok :
Rafida
Azzundhani 13010114120046
Asa
Fiqhia 13010114120051
Muwafikoh 13010114120046
Devi
Ayu Anggraeni 13010114130065
Gita
Puspita Sari 13010114130065
REVIEW ARTIKEL ANALISIS CERPEN “PEMBALASAN”
KARYA TASLIM NASRIN DALAM KAJIAN FEMINISME MULTIKULTURAL
Analisis
cerpen pembalasan dalam kajian feminisme multikultural tersebut kurang sesuai
karena fokus analisis adalah pada potret kekerasan ganda yang dialami oleh seorang perempuan di Bangladesh.
Padahal dalam buku Feminist Thought, feminis multikultural lebih
menekankan perbedaan dilihat dari
sudut ras. Tong memilih ras bukan karena ras dan kelas selalu merupakan
perhatian utama Amerika dibandingkan dengan seksual dan umur. Namun dalam
artikel ini penulis tidak membahas perbedaan ras dalam cerpen tersebut. Penulis
cenderung menekankan pada kekerasan fisik dan seksual yang dialami oleh tokoh
dalam cerpen tersebut. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut,
“Uraian di
atas mengungkapkan bahwa
kekerasan terhadap perempuan
telah terjadi. Pertama, kekerasan
yang dialami Maya oleh sekelompok
orang. Bahkan yang dialami
Maya bukan hanya
kekerasan fisik atau
seksual, di mana
keberadaa nya juga tidak
diketahui, apakah ia masih
hidup atau mati. Artinya, jiwanya terancam. Kedua, kekerasan yang dialami oleh Shamima yang
terungkap jelas yaitu kekerasan fisik dan seksual.”
Terlihat
berdasarkan uraian serta kesimpulan yang dibuat oleh penulis bahwa analisis
penulis lebih menekankan pada kekerasan yang terjadi pada tokoh-tokoh perempuan
dalam cerpen tersebut. Padahal penindasan jender merupakan fokus dari feminisme
psikoanalisis dan feminisme radikal. Pandangan khas feminisme psikoanalisis
menyebutkan bahwa perempuan hanya terkadang menentang akan tetapi lebih sering
menyetujui penindasan atas dirinya. Sementara itu feminisme radikal memfokuskan
perhatiannya pada jender, seks, dan reproduksi. Jadi analisis dalam artikel ini
lebih tepat jika dalam kaijan feminisme psikoanalisis ataupun feminisme
radikal.
Pada
awal pembahasan penulis sedikit membahas mengenai perbedaan kelas sosial yang
membuat tokoh diperlakukan berbeda. Seperti dalam kutipan berikut,
“Dalam cerpen ini tokoh perempuan yang
menjadi korban kekerasan adalah Maya dan
Shamima. Maya dan Shamima berasal
dari latar belakang
yang berbeda. Secara sosial
Maya digambarkan dari
lingkungan yang lebih
baik dari pada
Shamima yang nampak dari
gambaran pekerjaan yang
mereka alami. Tentang
Maya tidak banyak diceritakan secara eksplisit. Maya
hanya dikenalkan lewat tokoh utama cerita ini yang tidak lain adalah kakak
Maya yang bernama Suranjan. Sedangkan
Shamima diceritakan berprofesi sebagai pelacur.
Maya dari keluarga
yang menganut agama
Hindu dan Shamima dari
keluarga penganut agama
Islam. Kekerasan yang
mereka alami tampaknya tidak terlepas dari latar belakang keyakinan
yang mereka anut.”
Tokoh
dalam cerpen tersebut mendapatkan perlakuan yang berbeda dari masyarakat akibat
kelas sosial serta profesi yang berbeda. Dalam cerpen ini juga menjelaskan perbedaan agama yang begitu jelas serta
menggambarkan perempuan sebagai symbol dari suatu agama atau komunitas
tersebut.
Analisis
tersebut mungkin dapat masuk kedalam konsep atau pemikiran feminisme
multikultural bahwa inti teori ini adalah mendukung keberagaman yang ada di
masyarakat. Amerika Serikat sendiri sebenarnya memiliki prinsip ide e pluribus unum yang berarti
"berbeda tapi tetap satu". Feminisme multikultural sendiri memiliki
arti menyamaratakan kaum perempuan dengan perempuan lainnya pada khususnya dan
dengan laki-laki pada umumnya dalam satu cakupan negara atau wilayah.
Analisis
yang dapat masuk pula dalam feminisme multikultural adalah mengenai sesuatu
yang mengopresikan perempuan, misalnya dari segi perbedaan agama. Dalam feminisme multikultiral tidak memandang adanya perbedaan apapun. Secara tegas pencerita mengungkapkan kesadaran akan beda keyakinan
dalam cerpen tersebut. Prasangka agama nampak jelas dalam ungkapan tokoh-tokohnya. Dalam cerpen tersebut pencerita mengungkapkan kekecewaan yang dirasakan
oleh tokoh Suranjan atas apa yang telah terjadi pada adiknya, Maya. Sehingga ia
ingin membalaskan dendan kepada seorang perempuan yang berasal dari beda agama.
Dalam
analisis cerpen itu disebutkan, perempuan bisa jadi korban opresi bukan karena
ia semata-mata seorang perempuan, tetapi karena ia berasal dari komunitas beda
agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar