Jumat, 15 September 2017

Sejarah Perkembangan Filologi

Gita Puspitasari
13010114130067
Sastra Indonesia, SMT 1
Kelompok B

Sejarah Perkembangan Filologi
            Kebudayaan Yunani lama merupakan salah satu dasar pemikiran yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Barat pada umumnya. Di antara banyak cabang ilmu yang mampu membuka aspek-aspek kebudayaan Yunani lama adalah ilmu filologi. Ilmu filologi Yunani lama merupakan ilmu yang penting untuk menyajikan kebudayaan Yunani lama, yang hingga abad ini tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Ilmu filologi pun juga berakar pada kebudayaan Yunani kuno.

Filologi di Eropa
a.       Awal pertumbuhannya
Awal kegiatan filologi dilakukan di kota Alexandria oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 SM. Para sarjana Yunani yang bekerja di perpustakaan Museum bertugas menangani buku-buku yang masuk ke perpustakaan. Bentuk buku waktu itu masih berupa gulungan-gulungan papirus. Naskah-naskah yang masuk ke perpustakaan ternyata banyak mengandung kesalahan. Oleh sebab itu, para cendekiawan berupaya membangun teks standar, terutama teks Homer, untuk dijadikan acuan utama. Kebutuhan untuk membuat teks standar ini mengilhami para cendekiawan Alexandria mendefinisikan dan menga-plikasikan kecendikiaan susastra lebih sistematis. Mereka berhasil menciptakan tanda-tanda kritik pada naskah. Selain itu, mereka juga memberikan komentar-komentar pada tepi naskah.Kegiatan ini, yang menggunakan tanda-tanda kritik dan komentar, yang kemudian dikenal  sebagai ilmu filologi. Metode taraf awal ini kemudian berkembang dari abad ke abad. Untuk memberi komentar pada naskah diperlukan pengetahuan yang memadai. Oleh sebab itu, para ahli filologi awal ini menguasai ilmu dan kebudayaan Yunani Kuno.
Kegiatan filologi ini selain untuk menggali ilmu pengetahuan Yunani lama juga diarahkan untuk kegiatan perdagangan. Penyalinan-penyalinan naskah biasanya dilakukan oleh budak belian. Dengan cara ini mudah sekali terjadi keslaahan-kesalahan tulis yang mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan teks. Tugas para filolog kemudian adalah menjaga kemurnian teks-teks yang beredar dengan setiap kali melakukan perbaikan sejauh dapat dilakukan.
Sampai jatuhnya Alexandria ke tangan bangsa Romawi pada abad ke-1 SM. kegiatan filologi di Alexandria masih ramai karena banyak yang berminat pada bidang ini. Sesudah Alexandria jatuh ke dalam kekuasaan Romawi kegiatan filologi berpindah ke Eropa Selatan. Pusat kegiatannya di kota Roma dan melanjutkan tradisi filologi Yunani atau meneruskan mazab Alexandria. Kegiatan ini berlanjut sampai pecahnya Kerajaan Romawi pada abad 4 menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur. Peristiwa ini mempengaruhi perkembangan filologi di kemudian hari.
b.      Filologi Romawi Barat
Filologi di Romawi Barat diarahkan kepada penggarapan naskah-naskah kuno berbahasa Latin. Banyak naskah yang baik dari abad 4 dan 5 bertahan terus walaupunpun sangat sering hanya dalam bentuk fragmen saja. Ini menunjukkan bahwa di tahun 500, setidaknya di Italia, masih diperoleh salinan dari pengarang-pengarang Latin. Naskah-naskah itu kebanyakan disimpan dalam biara.
Cassiodorus yang mendirikan biara Vivarium pada tahun 540 mengadakan penyalinan naskah. Dia menyadari perlunya menerjemahkan otoritas Yunani, filsafatnya, dan ilmunya ke dalam bahasa Latin. Pengarang-pengarang pagan menemukan tempatnya dalam sistem pendidikan Cassiodorus. Namun, setelah pendidikan kristen menemukan bentuknya, hasil tulisan yang bersifat pagan disingkirkan dari sistem pendidikan kristen.
Kristenisasi berlangsung di Eropa sejak akhir abad 5. Irlandia berperan penting dalam peradaban Eropa. Di sana tersimpan teks-teks Latin. Orang Irlandia juga memiliki keahlian artistik dalam menulis. Ketika kebudayaan Irlandia memasuki Inggris Utara, mulailah pengaruh agama Kristen di Inggris (Anglo-Saxon). Kebudayaan Anglo-Saxon menghasilkan sejumlah buku dari segala jenis. Dari Inggris ini kristen kemudian menyebar ke Eropa (daratan) dan kegiatan filologi tidak lepas dari telaah naskah-naskah keagamaan oleh para pendeta. Akibatnya naskah-naskah Yunani ditinggalkan.
Pada masa perkembangan agama kristen ini muncul dua jenis huruf kaligrafi kecil (minuscule script) dan huruf setengah besar (half-uncial). Huruf kecil tersebut antara lain Visigothic di Spanyol, huruf Beneventam di Italia Selatan, dan Merovingian di Gaul. Huruf kecil yang terkenal kemudian adalah Caroline. Perkembangan filologi di Roma Barat ini nantinya bermuara pada renaisan. Satu hal yang perlu dicatat adalah berkembangnya agama Kristen telah mengakibatkan teks Yunani Kuna ditinggalkan.
c.       Filologi Romawi Timur
Meskipun secara umum teks-teks Yunani mulai ditinggalkan di Romawi Barat, namun di Romawi Timur tradisi Yunani Kuno masih berlangsung. Studi teks Yunani ini ada di Alexandria, Antiochia, Athena, Beirut, Konstantinopel, dan Gaza. Alexandria mengkaji karya-karya Aristoteles mengenai filsafatnya dan di Beirut menekankan bidang hukum. Studi klasik dan pidato dilanjutkan dalam sekolah-sekolah dan perhatian khusus diberikan kepada pengolahan sastra Attic dalam bentuk prosa. Pengolahan ini untuk menunjang pengembangan retorika. Berkembangnya retorika ini mengakibatkan pendidikan sastra terbengkelai.
Sumbangan besar dari peride Romawi Timur ini adalah munculnya scholia. Scholia adalah komentar-komentar terhadap karya-karya kuna yang dituliskan pada bagian tepi sebuah teks. Ide ini muncul karena naskah pada waktu itu sudah berbentuk buku (codex). Dalam hal ini perlu dicatat sumbangan Procopius dari Gaza yang menemukan bentuk sastra yang disebut catena. Bentuk catena ini mirip scholia, berisi komentar, tafsiran, pendapat, serta argumen yang tercantum pada sebuah buku, khususnya bible.
Secara umum kegiatan membaca dan menyalin teks di Romawi Timur ini mengalami kemunduran mulai abad ke-4 sampai dengan abad ke-6. Sedikit sekali yang dapat dicatat mengenai kegiatan pendidikan dan studi klasik. Situasi ini kembali membaik ketika memasuki era renaisans.
d.      Filologi pada Zaman Reinassance
Renaisans berawal pada pertengahan abad 9. Banyak kemajuan di bidang ilmu yang dicapai di Romawi Timur. Universitas dibangun kembali. Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Leo seorang filsuf dan ahli matematika, Theodore seorang ahli geometri, Theodesius ahli astronomi, dan Cometus ahli sastra sekaligus ahli retorika dan Atisisme.
Pada zaman ini tradisi penyalinan teks dikembangkan lagi. Teks selain ditulis pada papirus juga ditulis di atas perkamen. Para ilmuwan abad 9 bergairah menerjemahkan buku-buku kuno ke dalam bentuk baru. Dalam tradisi penyalinan ini tak jarang terjadi kesalahan tulis. Kesalahan ini diakibatkan oleh salah baca karena huruf yang disalin tidak jelas. Diperkirakan para sarjana sering kali membanding-bandingkan salinan naskah yang mereka miliki dengan naskah orang lain pada waktu membaca. Hasil perbandingan ini, bila ada perbedaan, mereka tuliskan dalam bentuk komentar di atas baris tulisan. Akibatnya, naskah menjadi kotor dan tercemar. Sehubungan dengan hal itu dapat digambarkan betapa sulitnya usaha merekonstruksi teks yang terbebas dari kesalahan agar mendekati teks aslinya.
Universitas Bardas pada masa ini telah menjadi pusat kelompok sarjana yang memiliki perhatian untuk menemukan kembali dan menyebarluaskan teks-teks klasik. Teks-teks sastra disalin secara teratur dan karya-karya dalam bidang teknik, matematika, dan medis banyak dipelajari. Naskah-naskah yang banyak dihasilkan pada masa ini terlestarikan berkat adanya perdagangan buku. Hal ini menguntungkan usaha pelestarian teks-teks klasik tersebut.
Tampaknya tradisi ilmu pengetahuan yang berkembang di Byzantium (Romawi Timur) ini dicontoh dan menjadi model kaum Humanis di Italia. Renaisans di Italia berawal pada abad 13. Kelompok humanis di Padua di bawah pimpinan Lovato Lovati (1241-1309). Lovata tertarik pada puisi klasik. Karyanya banyak menarik minat orang. Meskipun dia tidak begitu besar dalam kepenyairannya namun ada bekas kerja kreatifnya tentang karya-karya klasik. Tokoh berikutnya adalah Geremia de Montagnone (1255-1321) yang semula tidak tertarik pada sastra. Kemudian Alberto Mussanto (1261-1329). Verona yang dianggap oleh Padua sebagai saingan membantu perkembangan humanisme melalui Chapter Library. Keseluruhan perkembangan di Padua dan Verona ini dikenal sebagai prahumanis.
Humanisme sesungguhnya dimulai oleh Petrarch (1304-1374). Dia berpandangan luas dan pengaruhnya tidak terbatas. Budaya-budaya kuna banyak diwarisinya dan kemu-dian diungkap kembali disesuaikan dengan waktu itu. Pada saat ini pula Cicero muncul.
Tokoh-tokoh humanis lainnya kemudian adalah Boccaccio (1313-1375), Colucio Salutati (1331-1406), Pogio Bracciolini (1380-1459), Flavio Biondi (1392-1463), Lorenzo Valla (1407-1457), Angelo Poliziano (1454-1494), dan Politian.
Penemuan kembali kesusastraan kuna terjadi pada masa Pogio Bracciolini. Arus penemuan itu sangat kuat melalui renaisans semenjak masa prahumanisme. Penemuan di luar bidang sastra adalah dalam bidang ilmu dan teknik serta pemahaman yang lebih lengkap terhadap peninggalan klasik. Srudi arkeologi, numismatik. dan studi institusi-institusi berkembang pada masa ini.
Pada tahun 1453 Romawi Timur dikalahkan oleh Turki. Banyak pengungsi yang sarjana lari ke Romawi Barat dan di sana menimbulkan kebangkitan pengetahuan Latin. Gilirannya hal ini menimbulkan keinginan untuk mempelajari para penulis Yunani.
Tokoh terakhir humanisme adalah Erasmus (1469-1536). Dia dikenal pertama kali lewat tulisannya tentang peribahasa yang edisi pertamanya dilengkapi dengan komentar. Pada waktu kemudian dia bertemu dengan Aldus dan menerbitkan edisi pertama teks Yunani Kitab Suci Perjanjian Baru tahun 1516. Sumbangan terbesar bagi renaisans dari Erasmus adalah perannya sebagai editor yang menerbitkan karya-karya kuna disertai dengan metode kritiknya.
e.       Filologi di Kawasan Timur Tengah
Sejak abad ke-4 kota di Timur Tengah memiliki pusat studi yang diberi nama Bait al-Hikmah (Lembaga Kebijaksanaan) berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani, seperti Gaza, Belrut, Edessa, dan Antioch. Abad ke-5 dilannda perpecahan gerejani maka para ahli filologi berpindah ke kawasan Persia. Dalam lembaga ini naskah Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Syria dan bahasa Arab. Kota Harra di Mesopotamia pernah menjadi pusat studi naskah Yunani, penduduknya yaitu Sabean, suku yang tergolong kuno dan mahir dalam bahasa Arab.
Zaman dinasi Abasiyah, dalam pemerintahan khalifah Mansur (754-775), Harun Alrasyid (786- 775), dan Makmun (809-833). Puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani ada dalam pemerintahan Makmun.
Sebelum kedatangan agama Islam, Persia dan Arab memiliki karya yang terbilang mengagumkan misalnya Mu’allaqat dan Qasidah. Kegiatan ini meluas ke kawasan luar Negara Arab setelah Islam berkembang serta mistik Islam berkembang dengan maju di Persia, abad ke-10 hingga abad ke-11. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 hingga abad ke-15 menyebabkan ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap oleh bangsa Arab kembali masuk ke Eropa dengan baju Islam. Pada abad ke-17 telaah teks klasik Arab dan Persia di Eropa telah dipandang mantap, di Cambridge dan Oxford. Dan pada abad ke-18 didirikan pusat studi kebudayaan ketimuran oleh Sivester de Sacy dengan nama Ecole des Langues Orientales Vivantes. Sehingga lahirlah ahli orientalis Eropa, yaitu Etienne Qutremere (1782-1857), De Slane, De Sacy (bapak para orientalis di Eropa).
f.       Filologi di India
India ialah bangsa yang dipandang memiliki peradaban tinggi. Diantara bangsa Asia yang dipandang memiliki cukup dokumen peninggalan lampau seperti prasasti dan naskah-naskah. Telaah filologi di India diperkenalkan oleh sarjana Eropa (bangsa Belanda). Gubernur Jenderal W. Hansting menyusun kitab hukum berdasarkan naskah kuno bangsa India (1776). Pada tahun 1784 sebuah wadah kegiatan filologi didirikan di Bengal dengan nama The Asia Society. Wilkins menerjemahkan Bhagawatgita dengan judul Song of the Adorable One (1785), Hipopadesa (1787). Wiulliam jones menerjemahkan Sakuntala, Gitagowinda (1794).
Pada awal abad 19 Frieddich Schlegel (orang Jerman), menulis buku On the Language and Wisdom of the Indian (1808). Berasama dengan A. Hamilton dari Inggris, dia memajukan naskah-naskah Sanserketa di Eropa. Selain itu, juga dikenal nama Fans Bopp yang menulis tentang konjungsi bahasa Sansekerta. Dia di pandang sebagai peletak dasar-dasar perbandingan filologi.
Naskah-naskah India:
Naskah-naskah bangsa India yang dipandang paling tua adalah kesastraan Weda, kitab suci agama Hindu. Disamping naskah yang bernafaskan agama dan filsafat, naskah-naskah India juga berisi wiracarita, misalnya Mahabharata dan Ramayana, karya tulis karya penyair andalan, serta karya yang berisi ilmu pengetahuan seperti ilmu kedokteran, ilmu tatabahasa, ilmu hukum, dan ilmu politik.
g.      Filologi di Nusantara
Perkenalam dan perkembangan filologi di Indonesia tidak lepas dari pengaruh kedatangan bangsa barat ke Indonesia. Yang pertama kali mengetahui adanya naskah di Indonesia adalah para pedagang. Naskah dari Indonesia dibeli kemudian dijual lagi di Eropa. Orang yang dikenal sebagai pedagang naskah ini adalah Peter Floris yang pada tahun 1604 pernah tinggal di Aceh. Adapun karangan pertama tentang keindonesiaan adalah Spraak ende Woordboek, inde Maleysche ende Madagaskarsche Talen oleh Frederick de Houtman pada tahun 1603. Terbitnya buku ini jelas berkaitan dengan kepentingan VOC dalam usaha dagangnya karena dengan menggunakan bahasa Melayu mereka dapat berhubungan dengan bangsa pribumi.
Telaah naskah yang pertama kali dilakukan guna kepentingan terjemahan Alkitab. Alkitab pertama terbit pada tahun 1629 dalam bahasa Melayu karya Albert Cornelis Ruil. Kegiatan penerjemahan Alkitab ini berlangsung sampai dengan melemahnya VOC. Banyak penginjil yang berusaha menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Nelayu, di antaranya Dr. Melchior Leidecker (1645-1701) yang karyanya diterbitkan oleh Petrus van de Vorm (1664-1731). Francois Valentijn (1666-1727) seorang pendeta menulis ensiklopedi. G.H. Werndly yang karangannya berjudul Maleische Spraakkunst terbit pada tahun 1736.
Setelah VOC melemah usaha pengajaran dan penyebaran Alkitab diteruskan oleh Zending dan Bijbelgenootschap yang baru pada tahun 1814 dapat mengirimkan G. Bruckner ke Indonesia. Terjemahan Alkitab Bruckner terbit pada tahun 1931 dalam huruf Jawa. Penginjil lain yang kemudian dikirim ke Jawa adalah J.V.C. Gericke. Di samping mengirim penginjil ke Jawa, Nederlandsche Bijbelgenootschap (NBG) juga mengirim penginjil ke daerah Kalimantan (Dayak), Sumatra (Batak), Makasar (Bugis), Sunda, dan kepulauan Nias.
Para penginjil ini menguntungkan pemerintah jajahan Belanda karena dapat membantu pemerintah memberi pelajaran bahasa secara ilmiah kepada para pegawai sipil Belanda yang memerlukan keahlian itu. Kalau pertama kali datang para penginjil itu mempelajari naskah untuk tujuan mengenal bahasanya guna menyiarkan agama, maka selanjutnya mereka ada yang berniat mengkaji naskah untuk memahami kandungan isinya. Pada gilirannya mereka tertarik untuk membuat suntingan agar naskah tersebut dapat diketahui oleh khalayak yang lebih luas.
Minat terhadap naskah nusantara ini menimbulkan mimbar kuliaha tentang bahasa, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa. Mimbar kuliah tersebut mula-mula dibuka Koninklijke Militaire Academi (KMA) di Breda tahun 1836 dengan guru besar T. Roorda dan di Delf tahun 1942 dengan guru besar Roorda van Eysinga. Akhirnya mimbar kuliah ini dipindahkan ke Fakultas Sastra Universitas Leiden.
Di samping tenaga peneliti dari Belanda, dikenal pula peneliti dan ahli filologi dari Inggris dan Jerman. Peneliti-peneliti Inggris di antaranya John Leyden, J. Logan, W. Marsden. Th. S. Raffles, J. Crafurd, R.J. Wilkinson, R.O. Winsted, dan Shellebear; sedangkan dari Jerman dikenal Hans Overbeck.
Umumnya para filolog yang menerbitkan teks Indonesia tradisional tidak begitu sadar akan teori filologi. Yang diterapkan biasanya metode filologi prailmiah dengan intuisi dan pengetahuan bahasa yang sebaik mungkin. Biasanya sebuah naskah dipakai sebagai legger, dasar edisi, yang kemudian seperlunya diperbaiki berdasarkan perbandingan dengan naskah lain. Atau, khususnya dalam hal adanya hanya satu naskah, mereka memakai prinsip edisi diplomatik. Baried (1994:50) menyebutnya sebagai taraf awal filologi di Indonesia untuk kajian filologi dengan metode intuitif atau diplomatik ini. Contoh penggunaan metode ini adalah suntingan Ramayana Kakawin (1900) dan Kunjarakarna (1901) oleh H. Kern, Syair Bidasari (1843) oleh van Hoevel, Geschiedenis van Sri Rama (1843) oleh Roorda van Eysinga, dan Een Javaansche geschrift uit de 16de eeuw (1881) oleh J.G.H. Gunning.
            Pengagarapan naskah selanjutnya pada abad 19 telah menunjukkan perkembangan/peningkatanberupa suntingan teks dalam bentuk transliterasi dalam aksara Latin. Bentuk karya tersebut, antara lain dihasilkan oleh R. Th. Friederich yang berjudul Wrettasantjaja (1849), Ardjoena Wiwaha  (1850), dan Bomakawya (1850) yang ketiga merupakan naskah Jawa Kuno. Cohen Stuart mengerjakan Barata Faeda (1850), Juyboll mengerjakan beberapa suntingan teks Mahabarata yang di beri judul Drie Boeken van het Oud-Favanschein Kawi-teks en Nedertandche vertaLing (1893).
                        Terjemahan ke dalam bahasa asing, terutama bahasa Belanda, adalah perkembangan telaah filologis berikutnya. Contoh untuk periode ini misalnya Sang Hyang Kamahayanikan, Oud-Javaansche tekst met inleiding, vertaling en aanteekeningen (1910) oleh J. Kats dan Ardjoenawiwaha (1926) oleh Poerbatjaraka.
Metode Lachman (stemma) jarang diterapkan dalam filologi di Indonesia. Dalam filologi Jawa, khususnya, Gonda mulai menerapkan metode ini dengan edisi Brahmandapurana (1932), tetapi contoh baik ini jarang diikuti peneliti lain; sedangkan di bidang Melayu klasik khususnya disertasi Ras Hikayat Banjar dan Kotawaringin (1968) dan Brakel Hikayat Muhammad Hanafiyyah (1975) mencoba menerapkan metode stemma secara sistematik.
Pada periode mutakhir dirintis telaah naskah-naskah nusantara dengan analisis berdasarkan ilmu sastra. Contoh untuk periode ini misalnya Hikayat Sri Rama, Suntingan Naskah Disertai Telaah Amanat dan Struktur (1980) oleh A. Ikram, Hikayat Hang Tuang, Analisa Struktur (1979) oleh Sulatin Sutrisno.
Dekade berikutnya perkembangan filologi ini adalah penelitian dengan analisis intertekstual. Hasil-hasil penelitian dengan model ini dimulai oleh Partini Sardjono-Pradotokusumo dengan Kakawin Gajah Mada (1986), Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad Ke-20, Suntingan Naskah serta Telaah Struktur, Tokoh dan Hubungan Antarteks (1984). Telaah lain sesudah ini di antaranya Fragment of Reading: The Malay Hikayat Merong Mahawangsa (1985) oleh Hendrik M. Jan Maier, Arjunawiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa (1987) oleh I. Kluntara Wiryamartana.
Pada dasarnya perkenbangan filologi di Indonesia tidak dapat ditinjau berdasarkan metode yang digunakan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa metode yang digunakan biasanya berdasarkan naskah yang dapat dijumpai.
Di bawah ini dipaparkan beberapa hasil-hasil penelitian filologi di Indonesia.
(1)       1843, Geschiedenis van Sri Rama oleh Roorda van Eysinga
(2)       1843, Sjair Bidasari oleh van Hoevell
(3)       1850, Ardjoena-Wiwaha oleh R.Th.A.Friederich
(4)       1860, Brata Joeda oleh Cohen Stuart
(5)       1878, Tjarita Brakaj (Fragment uit Tjarita Brakaj/terjemah) oleh Vreede (Teeuw, 1947)
(6)       1881, Een Javaansche geschrift uit de 16de eeuw oleh J.G.H. Gunning
(7)       1900, Ramayana Kakawin oleh H.Kern
(8)       1902, Nagarakrtagama oleh Brandes
(9)       1906, Adiparwa, Oud-javaansche prozageschrif oleh H.H.Juynboll
(10)    1913, Critische Beschouwing van Sadjarah Banten oleh Hoesein Djajadiningrat
(11)    1916, Het Book van Bonang oleh B.J.O. Schrieke
(12)    1922, De Roman van Amir Hamzah oleh Ph. S. van Ronkel
(13)    1922, De Panji Roman oleh W.H. Rassers
(14)    1922, Hikajat Hang Tuah oleh H. Overbeck
(15)    1924, Het Boek de Duizend Vragen oleh G.F.Pijper
(16)    1926, Ardjuna-Wiwaha oleh Poerbatjaraka
(17)    1926, Agastya in den Archipel oleh Poerbatjaraka
(18)    1928, Hikajat Perang Sabil oleh H.T. Damste
(19)    1932, Brahmanda Purana oleh Gonda
(20)    1933, De Geschriften van Hamzah Pansoeri oleh J. Doorenbos
(21)    1934, Nawaruci oleh Prijohoetomo
(22)    1937, Hikajat Malem Dagang oleh H.K.J. Cowan
(23)    1938, Wirataparwa, opniew uitgegeven, vertal en toegelicht
(24)    1945, Samsuddin van Pasai oleh C.A.O. van Nieuwenhuijze
(25)    1946, Het Bomakawya oleh Teeuw
(26)    1949, Loetoeng Kasaroeng, een mythologisch verhaal vit West-Java oleh F.S. Eringa
(27)    1952, The Malay Annals oleh C.C. Brown
(28)    1955, Een achttiende eeuwe kroniek van Wadjo oleh J. Noorduyn
(29)    1957, Malay Mysticsm oleh A. Johs
(30)    1958, Adat Atjeh oleh Drewes dan Voorhoeve
(31)    1959, De Hikayat Atjeh oleh Teuku Iskandar
(32)    1960, Java in the 14th Century oleh Pigeaud
(33)    1960, Asrar Al-Insan fi Ma’Rifa Al-Ruh Wal-Rahman oleh Tudjimah
(34)    1966, Shair Ken Tambunan oleh Teeuw
(35)    1968, Hikajat Bandjar oleh J.J. Ras
(36)    1969, Hikajat Andaken Panurat oleh Robson
(37)    1970, Hikajat Merang Mahawangsa oleh Siti Hawa Saleh
(38)    1970, The Mysticism of Hamzah Fansuri oleh Naguib Al-Attas
(39)    1971, Wangbang Wideya oleh Robson
(40)    1971, Jňanasiddhanta oleh Haryati S.
(41)    1972, Babad Buleleng oleh P.J. Worsley
(42)    1975, The Book of Cabolek oleh S. Soebardi
(43)    1975, Hikayat Muhammad Hanafiyyah oleh Brakel
(44)    1976, Undang-undang Melaka oleh Liaw Yock Fang
(45)    1977, Arjunawijaya oleh S.Supomo
(46)    1978, Cerita Dipati Ukur oleh Edi S Ekadjati
(47)    1978, Hikayat Sri Rama oleh Achadiati Ikram
(48)    1979, Sejarah Sukapura oleh Herman Sumantri
(49)    1979, Hikayat Hang Tuah, Analisa Struktur dan Fungsi oleh Sulastin Sutrisno
(50)    1979, Adat Raja-raja Melayu oleh Panuti Sudjiman
(51)    1980, Hikayat Indrapura oleh Sri Wulan RM
(52)    1983, Javaansche Tekst Kritiek oleh van der Molen
(53)    1984, Kakawin Gadjah Mada oleh PS Pradotokusumo
(54)    1985, Fragment of Reading: The Malay Hikayat Merong Mahawangsa oleh Hendrik M. Jan Maier
(55)    1987, Arjunawiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa oleh I. Kuntoro W.
(56)    1988, Hikayat Iskandar Zulkarnain: Suntingan Teks dan Analisis Resepsi oleh Siti Chamamah Soeratno
(57)    1989, Hikayat Maharaja Gareba Jagat: Suntingan Naskah Disertai Tinjauan Tema dan Amanat Cerita serta Fungsi Panakawan di Dalamnya oleh Nikmah Sunardjo
(58)    1989, Serat Panitisastra: Tradisi, Resepsi, dan Transformasi oleh A. Sudewa.
(59)    1995, Dari Kartasura ke Surakarta: Studi Kasus Serat Iskandar oleh A. Sudewa
(60)    1984, Babad Blambangan: Pembahasan-Suntingan Naskah-Terjemahan oleh Darusuprapto
(61)    1996, Lokajaya: Suntingan Teks, Terjemahan, Struktur Teks, Analisis Intertekstual dan Semiotik oleh Marsono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar